link menu

Tuesday, August 20, 2013

Roman picisan

aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
aku ingin menjadi sesuatu yg mungkin bisa kau rindu
karena langkah merapuh tanpa dirimu
oh karena hati tlah letih

aku ingin menjadi sesuatu yg selalu bisa kau sentuh
aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
tanpamu sepinya waktu merantai hati
oh bayangmu seakan-akan

(Dealova – Once)

Saya bagaikan membuat video clip sendiri dengan lagu ini. Liriknya ditulis indah, dengan bait-bait yang memukau. Ada apa, sehingga lagu-lagu roman seperti ini terdengar hampir di setiap tempat yang saya kunjungi. Perjuangan cinta, menjadi agenda bagi dua insan yang sedang jatuh mabuk kasmaran. Mungkin benarlah apa yang diungkapkan lagu di atas, bahwa waktu telah merantai hati tatkala si dia tidak ada di sisi. Ah, lagu itu terlalu berlebih-lebih.

Begitulah yang terjadi pada manusia biasa. Tidak terlepas dari sifat cenderung pada lawan jenisnya. Satu-satunya perbedaan adalah dari sudut apakah aspek kecenderungan yang ia sandarkan. Ada yang mencintai seseorang karena fisiknya (paras), ada pula karena harta dan karirnya, ada yang karena kebijakannya, dan ada pula yang karena agama dan perjuangannya. Lihatlah bagaimana Maria mengungkapkan cinta:

"Fahri, Aku benar-benar tertawan olehmu. Tapi, apakah kau tahu apa yang terjadi padaku? Apakah kau tahu aku mencintaimu? Aku malu mengungkapkan semua ini padamu. Dan ketika aku kau diajak dansa dan tidak mau itu tidak membuatku kecewa tapi malah sebaliknya membuat aku merasa sangat bangga mencintai lelaki yang kuat menjaga prinsip dan kesucian diri sepertimu. "Ia juga berkata," Memang memendam rasa cinta sangat menyiksa, tapi sangat mengasyikkan! Love is a sweet Torment! "

Maria, oh Maria. Dia mengorbankan dirinya, hartanya dan segalanya untuk cintanya pada Fahri. ia nyaris menjadi hamba cinta dan simpati ketika berkata, "Aku sangat mencintainya seperti seorang penyembah mencintai yang disembahnya." 

Wow, bagaimana tentang diri Anda? Apakah menjadi hamba kepada hamba, ataukah menjadi hamba kepada Pencipta hamba? pikirkan! Ketulusan cinta yang menyerahkan segalanya, diuji oleh perasaan manusiawinya ketika Fahri menikah dengan Aisha.

"Aku merasa ingin mati saja. tak ada gunanya hidup tanpa didampingi seseorang yang sangat kucintai dan kusayangi. Aku ingin mati saja. aku rasa aku tidak bisa hidup tanpa kekuatan cinta. aku akan menunggunya di surga. "

Guys, jangan pernah berangan-angan surga jika tidak tahu jalan menempuhnya. Jangan pernah larut dalam lirik lagu, "Kutunggu di pintu surga." Pergi aja da !!:D

Share on :