link menu

Monday, November 19, 2012

Saat ku temukan cinta

"Wahai adikku yang sholehah, sabarlah dan bersyukurlah. Sabar dengan sakitmu, karena itu bukti bahwa kita tak ada apa2nya di hadapan Tuhan, kemudian bersyukur karena Tuhan akan menggugurkan dosa-dosamu, gantungkan segalanya kepada Tuhan". Ungkapan itu masih terngiang di telingaku, Subhanallah kau telah anugrahkan saudara sepertinya.


"Apapun yang terjadi pada hidup kita adalah harta karun yang Allah berikan kepada kita, namun tergantung pada penyikapan kita. Harta karun itu akan berlaku bagi orang2 yang dapat mengambil pelajaran/hikmah dibalik setiap kejadian..
Berfikiran positif lah kepada Allah"
Ini adalah ungkapan guruku, guru kehidupanku.. :)




Ada harta yang kutemukan, Alhamdulillah,, terimakasih atas segala kasih sayangMu Allah.
Inilah harta yang kutemukan:


  • Sakit adalah makhluk, maka gantungkanlah segalanya kepada Tuhan
  • Ketika sehat manfaatkanlah kesehatan itu untuk melakukan amal shaleh
  • Sering-seringlah bersyukur
  • Apapun yang terjadi itulah yang terbaik, dan
  • Ku temukan serta ku rasakan cinta, cinta di atas cinta.


Terimaksihku buat mamah&papa, teteh sayang kalian..
buat saudaraku sekaligus guruku teh Tini Engga Septiani
juga buat saudara seperjuanganku..
Semoga Allah senantiasa mencintai kalian semua, aamiinn..



Buraq, 19 November 2012 03:15

Friday, November 9, 2012

Motivasi buatku dan kalian,,^_^



"Hai kalian mujahid-mujahidah dakwah hanya ada dua pilihan bagi kita!Jadi aktor atau hanya jadi penonton, Maju kedepan menjadi ksatria atau mundur kebelakang menjadi pecundang"
"Jihad tidak akan pernah tertidur, perjuangan tak akan pernah berakhir, kebatilan akan lenyap".
Camkan semua itu ! Wahai Mujahid-mujahidah dakwah
Saudaraku, langkah yang kita tapaki, meskipun merangkak tapi pasti, Karena itu lebih baik daripada diam, Bukankah diam identik dengan kematian ?

Moral itu BUKAN Akhlaq


Kebanyakan orang tidak bisa membedakan antara moral dengan Akhlaq. Moral yang identik dengan kebajikan, kedermawanan, sopan santun, senyum, sapa, hormat dan sikap2 terpuji lainnya disebut juga Akhlaq. Padahal sikap demikian juga dilakukan oleh Shidarta Gautama, Putri Diana, Bunda Theresa dan orang2 non muslim lainnya. Jika moral adalah akhlaq apakah Putri Diana seorang yang berakhlaq mulia?.
Jika Akhlaq selalu identik dengan kenyamanan, ketenangan, kedamaian, apakah para mujahid yang berperang dan membunuh di jalan Alloh tidak berakhlaq ?. Atau seorang mujahid yang siap meninggalkan Anak dan istri demi panggilan jihad, dia tidak berakhlaq ?.
Moral adalah kecenderungan sikap manusia, ia berpotensi selalu ingin berbuat kebajikan. Namun belum terjamin dia mendapat nilai dari Alloh, karena tindakannya berdasar instink belaka. sementara Akhlaq adalah sikap seseorang yang berlandaskan Aqidah dengan kesiapan menjalankan Syari’at. Seorang Nabi Ibrahim As yang siap menjalankan perintah Alloh, yaitu menyembelih putranya, Ismail adalah Akhlaq mulia.
Seorang “Da’i” yang selalu menggembar-gemborkan senyum, sapa, hormat, toleran, baik adalah seorang moralis sejati, bukan seorang Da’i Akhlaqiyah, tak ubahnya Putri Diana dan Bunda Theresa. Apalagi isi ceramahnya tanpa dibarengi dengan ayat-ayat Qur’an.

Monday, November 5, 2012

KAJIAN SEDERHANA BUAT WANITA

















Di dalam Al-Qur’an Hadits, kata2 yang ada hubungannya dengan kata wanita itu ada empat, yaitu : Mar’atus Sholihah, Ummul Kitab, Ummul Quro’, Ummul Mujahid.

 
-Mar’atus Sholihah (Wanita Sholihah)
ini babnya baru Level 1, biasanya babnya baru seputar bagaimana cara melayani suami dengan baik, belum yang lain, sehingga kata2 yang muncul dari tipe2 wanita level 1 ini adalah:
 “Bang kapan pulang?”, “anak belum makan bang”, “susu anak habis” dsb…, paling yang agak lumayan yang disukai para lelaki adalah perkataan “Bang aku saat ini sedang menunggumu dengan kecintaan”.
– Ummul Kitab (Ibu Guru)
ini level2 agak mendingan dikit, biasanya wanita seperti ini tidak terlalu memikirkan nafkah, kecuali dalam keadaan2 tertentu saja (wong namanya guru, bisa cari nafkah dengan cara mengajar), kata2 alasan yang sering dilontarkan kalau suami udah berapa hari gk pulang adalah : “Bang susu anak sudah habis” (soalnya gajinya kurang cukup, cuma pas buat makan), padahal cuma rindu aja agar suaminya pulang hehehe…
– Ummul Quro’ (Ibu Negara)
Nah ini agak mendingan dikit, masuk level 3, dia tidak terlalu memikirkan apakah suami akan pulang apa tidak, soalnya profesinya agak bagusan dikit, gaji lebih dari cukup buat makan dan kebutuhan sehari2, paling kata2 yang menjadi alasan agar suaminya bisa pulang dia cuma mengatakan: “Hati2 di jalan ya bang”, biasa… alasan klasik hehehe…
dan yang terakhir ini yang luar biasa
– Ummul Mujahid (Ibunya para Mujahid)
Ini baru wanita luar biasa, ini level terakhir yang harus dimiliki oleh wanita, dia tidak akan memikirkan apakah suaminya pulang atau tidak, mau memberi nafkah apa tidak, mau sebulan, setahun ataupun dapat kabar kematian suaminya, karena dia mampu mandiri dengan keadaan yang ada, karena dia yakin bahwa suaminya adalah seorang mujahid, dan dia siap menjadi istri dalam keadaan yang bagaimanapun dari suaminya yang memang istiqomah di jalan jihad, dan mampu mendidik anak2nya untuk menjadi mujahid2 atau mujahidah2 penerus jalan jihad, tidak ada alasan apapun yang dia ucapkan kepada suaminya selain :
"Berjihadlah di jalan Allah suamiku, Insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar"

Thursday, November 1, 2012

KARENA



Karena sering yakin akan bangun tidur lagi
Aku lebih sering tertidur daripada tidur
Padahal tidur pun adalah kebajikan bila diniatkan

Karena tak tahu kapan datangnya ajal
Hampir tak pernah kutulis dan kuucapkan wasiat
Padahal utang dan janjiku pun tak hanya satu dua

Karena kedua perekam itu tak terlihat
Begitu nikmatnya kubicarakan kejelekan orang lain
Padahal suara hati pun terekam oleh keduanya

Karena tidak melakukan dosa besar
Sering aku merasakan tak memiliki dosa besar
Padahal kumpulan dosa kecilku
Menjadi dosa-dosa besar

Karena ibadah wajib sudah ku kerjakan
Sering kumerasa amal kebajikanku sudah cukup
Padahal tak ada jaminan kualitas atas hal itu

Karena kemalangan itu pedih dan anugerah itu nikmat
Tentu kupilih anugerah dan kutolak kemalangan
Padahal ada tidaknya bukan aku yang mencipta

Karena kematian belum menghampiriku
Sedikit yang yang kuperbuat untuk menghadapinya
Padahal ketika itu keputusasaan pun tak ada guna

Karena manusia bisa beralasan
Beribu “Karena” terucap dan dipersiapkan
Padahal kelak itu pun tak bisa dijadikan alasan