link menu

Saturday, November 20, 2010

Renungan Hamba

“Wahai manusia !
Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi hidup bersuka ria.
Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di akhirat, tapi asyik mengumpulkan dan menumpuk harta.
Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa terbahak-bahak.
Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi ia menjalani hidupnya dengan bersantai-santai.
Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia menggandrunginya.
Aku heran pada intelektual, yang bodoh dalam soal moral.
Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor.
Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya.
Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi segala perilakunya tapi ia berbuat durjana.
Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri, lalu diminta pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya, tapi berharap belas kasih orang lain.
Sungguh.. tiada Tuhan kecuali Aku.. dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku.
Wahai manusia !
Hari demi hari usiamu kian berkurang, sementara engkau tidak pernah menyadarinya. Setiap hari Aku datangkan rejeki kepadamu, sementara engkau tidak pernah memujiKu. Dengan pemberian yang sedikit, engkau tidak pernah mau lapang dada. Dengan pemberian yang banyak, engkau tidak juga pernah merasa kenyang.
Wahai manusia !
Setiap hari Aku mendatangkan rejeki untukmu. Sementara setiap malam malaikat datang kepadaKu dengan membawa catatan perbuatan jelekmu. Engkau makan dengan lahap rejekiKu, namun engkau tidak segan-segan pula berbuat durjana kepadaKu. Aku kabulkan jika engkau memohon kepadaKu. KebaikanKu tak putus-putus mengalir untukmu. Namun sebaliknya, catatan kejelekanmu sampai kepadaKu tiada henti.
Akulah pelindung terbaik untukmu. Sedangkan engkau hamba terjelek bagiKu. Kau raup segala apa yang Kuberikan untukmu. Kututupi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan.
Aku sungguh sangat malu kepadamu, sementara engkau sedikitpun tak pernah merasa malu kepadaKu. Engkau melupakan diriKu dan mengingat yang lain.
Kepada manusia engkau merasa takut, sedangkan kepadaKu engkau merasa aman-aman saja.
Pada manusia engkau takut dimarahi, tetapi pada murka-Ku engkau tak peduli.”

Cuma Ridho-Nya, Bukan Yang Lain


Semoga Alloh Mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. Amal ibadah bila tidak Ikhlas takkan ada nilainya disisi Alloh, kendati bersimbah peluh, menghabiskan tenaga dan pikiran. Bertempur di medan perang melawan musuh kalau niatnya hanya ingin disebut pahlawan, pasti hasilnya nihil. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut dermawan, juga tidak akan memiliki apapun.

Memang mudah mengatakan dengan lisan bahwa tidak ada Illah selain alloh. Akan tetapi, apakah selancar itu pula ketauhidan mengalir dalam darah kita?Sehingga seluruh anggota terdorong menuju kesamaan ikrar dan amal perbuatan? Lisan ita mungkin bisa berkata bahwa tauhid telah menyungsum dan mendarah daging dalam tubuh kita. Namun tak jarang, tanpa disadari Alloh telah disekutukan dengan kekayaan dan pangkat jabatan, bahkan dengan suami, istri atau anak. Istri lebih takut dimarahi suami ketimbang dimurkai Alloh. Orang lebih takut kehilangn kekuasaan daripada kehilangan iman. Padahal jika Alloh  menghendaki, segala urusan dan ikhtiar akan hancur sia-sia.

Menakjubkan!!

Yah,,, Menakjubkan!!
Ini yang dapat saya katakan ketika menyaksikan parade demonstrasi penolakan terhadap berbagai usulan pelaksanaan norma-norma keislaman yang akhir-akhir ini marak disiarkan melalui media masa, baik cetak maupun elektronik.
"saya seorang muslim tetapi saya tidak fanatik".
"saya seorang muslim tetapi saya menolak RUU alqur'an".
"saya seorang muslim, tetapi saya menolak syari'at islam dilaksanakan karena akan terjadi anarkis, disintegrasi bangsa dan seterusnya".
saya katakan menakjubkan karena penolakan ini dilakukan oleh orang- orang yang nota bene menyatakan diri sebagai muslim,bahkan dilakukan oleh para kiai dan intelektualnya.Saya katakan menakkjubkan, karena, bagaimana mungkin orang-orang yang menyatakan diri sebagai pemeluk Islam tetapi menolak dengan sekeras-kerasnya pelaksanaan norma-norma agamanya. Bagaimana mungkin orang-orang yang menyatakan diri sebagai seorang muslim menghujat dengan sekeras-kerasnya nilai-nilai agama. Ini adalah hal yang menakjubkan! Saya katakan menakjubkan karena ini fenomena baru, keberanian baru dari generasi muslim dalam menantang azab Alloh yang teramat pedih,yang tidak pernah dilakukan oleh generasi muslim sepanjang sejarahnya ( ismail, 2008:1).