link menu

Thursday, May 1, 2014

Manusia Berakal

Sejak adanya manusia, manusia memiliki berbagai ciri-ciri yang membedakan dengan makhluk lainnya. Manusia bisa melakukan sesuatu melawan nalurinya, manusia bisa memilih dan menyalahi hukum alam. Misalnya manusia bisa menahan kentut (untuk menghormati orang lain), manusia bisa menahan marah (karena lawan bicaranya adalah atasannya). Hal ini tidak dimiliki binatang, ketika ayam sudah kenyang makan maka ia akan berhenti makan sekalipun makanan yang dihadapannya enak sekali.

Manusia memiliki kemampuan mewariskan kepada manusia lainnya hal-hal yang ia pelajari. Hal ini tidak terdapat pada binatang. Seekor lumba-lumba yang mampu menghintung, ia tak mampu mengajari lumba-lumba lainnya untuk mampu menghintung pula. Lumba-lumba hanya mampu mengajari anak lumba-lumba pada hal-hal yang memang nalurinya semisal mampu berenang dan mencari makan.

Satu hal yang paling membedakan manusia dengan binatang adalah akal. Akal ini mampu memikirkan, menganalisis sampai menyimpulkan dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Satu hal lagi yang paling mendasar persamaan manusia dan binatang selain pada kebutuhan eksistensialnya (makan, minum, berkembang biak dan isirahat) adalah hawa nafsu. Hawa nafsu ini, cenderung pada kepuasan.

Manusia adalah makhluk yang bebas memilih, ia mau hidup atau mau mati. Ada manusia  yang putus asa dan memilih mati dengan cara  bunuh diri, secara  akal bunuh diri adalah sesuatu  yang merugikan, secara hawa nafsu bunuh diri baginya adalah sebuah kepuasan dimana ia mampu menyelesaikan masalahnya dengan bunuh diri. Seorang manusia yang ia memfungsikan akalnya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya ia adalah manusia sejati, ia tahu mana yang bermanfaat/menguntungkan baginya dan mana yang tidak. Namun sebaliknya jika akalnya dikendalikan oleh hawa nafsunya ia justru lebih rendah dari binatang. Untuk contoh kasus diatas tentang bunuh diri, mana ada hewan yang memilih bunuh diri, tidak ada. Kecuali hal itu dilakukan untuk mempertahankan eksistensinya (pada lebah misalnya). Maka wajar ketika manusia mengikuti hawa nafsunya adalah ia akan sama bahkan lebih rendah dari binatang.

Setiap manusia diberi akal, tetapi manusia yang berakal adalah ia yang mampu membaca, membaca diri dan sekitarnya. Manusia ada dengan kerumitannya, bagaimana tidak rumit kala kita melihat system yang ada dalam tubuh kita yang tersusun dari sekian banyak sel. Dengan tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Makan, yang kita tahu tentang makan adalah mengunyah dan merasakan enak dan tidak enak di mulut, setelah dari mulut kita tidak tahu proses apa yang terjadi di dalam. Kita tidak direpotkan untuk mengurusi hal itu, bahkan ketika terjadi penumpukan sampah di dalam tubuh kita, secara otomatis tubuh akan mengeluarkan sendiri. Bernafas, yang kita tahu hanya mengirup berupa udara dan mengeluarkan berupa udara pula, kita tidak tahu proses apa yang terjadi pada saat menghirup dan mengeluarkan udara. Ngorok, ketika kita ngorok saat tidur, posisi lidah itu ke belakang menghalangi proses masuknya oksigen ke dalam otak, sehingga kalau ngorok oksigen yang ada di otak itu berkurang dan itu bahaya, sehingga dengan demikian ketika oksigen berkurang di otak secara otomatis otak memerintahkan tubuh kita untuk bergerak, kalau bahas sundanya “nguliat”, tanpa kita sadari dan kita perintahkan.

Jika kita lihat ke luar, semesta dengan segala keindahan dan keteraturannya. Bumi mengelilingi matahari sesuai orbitnya, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat,  begitupun bumi perputar pada porosnya dengan kecepatan yang sangat tepat, sehingga terjadi pergantian siang dan malam, pergantian tahun, semua ada dengan keteraturan.

Diluar masalah yang di atas manusia yang berakal terhadap diri dan alam sekitarnya membuatnya berfikir dan bertanya “Mengapa bumi dan langit bisa sehebat ini, bagaimana membuat bermiliaran atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan bagaimana hukum-hukum alam ini bisa seteratur ini”.


Orang terdahulu sampai sekarang meyakini ada sesuatu dibalik itu semua yang berkuasa mengatur, memelihara dan mengendalikan. Ada yang mendewakan angin, mendewakan matahari, mendewakan api, medewakan petir dsb. Namun ketika kita gunakan akal kembali dewa-dewa yang disebutkan tadi adalah sesuatu yang bergantung. Sedangkan sesuatu yang bergantung, ia tidak berkuasa. Ada sesuatu yang berada dibalik itu semua dibalik matahari, angin, petir dan api yaitu sesuatu yang berada di belakang semua hukum alam. Dia yang maha kuasa, tidak bergantung, tidak dibatasi ruang dan waktu, maha teliti, maha luas jangkauannya. Dia adalah Tuhan. Zat yang satu, tidak mungkin lebih dari satu, karena satu sifat akan tereliminasi karena bertentangan dengan sifat yang lainnya. 

Maka baginya manusia yang berakal, ia akan mengenali siapa dirinya dan siapa TuhanNya. Berikutnya apa yang harus dilakukannya?



Mia Ira Antika
Puncak Ledeng; 01 Mei 2014; 00:13 WIB
Share on :

No comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar, terimakasih telah berkunjung :)