Akhir-akhir ini saya banyak merenungkan makna waktu setelah saya membaca buku yang berjudul “The Road to Happiness” Karya Pak Sambas, dengan nama lengkap Prof. Emeritus Dr. M. Sambas Wiradisuria, Sp. A(K). Beliau orang keren yang lahir di bumi pasundan Garut.
Saya belum baca sampai beres, namun dalam buku tersebut menerangkan perihal waktu yaitu satu makhuk yang sering kita tidak menyadari kehadirannya. Menarik sekali. Sekarang kita sedikit berkenalan dengan waktu.
Waktu, dengan waktu kita bisa sukses meraih cita-cita dan begitupun sebaliknya dengan waktu pula tidak sedikit yang gagal dan hancur. Sedemikian besarnya peranan waktu, sehingga Allah SWT seringkali berfirman dengan sumpah yang mengatasnamakan waktu.
Ada kutipan menarik dari Malik bin nabi: “Waktu adalah sungai yang mengalir keseluruh penjuru sejak dahulu kala melintasi pulau., kota dan desa, membangkitkan semangat atau meninabobokan manusia. Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu selain Tuhan tidak akan mampu melepaskan diri darinya”
Orang barat mengatakan waktu adalah uang, Hasan Al-Banna mengatakan bahwa waktu adalah kehidupan. Nah menurutmu waktu itu apa?
Andai kita ditanya apa kehidupan kita? Jawabannya: Waktu yang kita jalani sejak dari bualan sampai liang lahat. Waktu yang kita lewati dari lahir sampai mati dan masa-masa yang kita alami dari tangis kelahiran sampai teriakan sakaratul maut. Waktu itu adalah kehidupan kita. Jika kita menghilangkan waktu, berarti kita menghilangkan kehidupan kita sendiri. Jika kita berkata, “Mari kita bunuh waktu ini”, sama artinya membunuh diri kita sendiri tetapi tanpa kita rasakan. Sebab, membunuh waktu dengan membiarkan waktu berlalu sia-sia merupakan tidak “bunuh diri” yang dilakukan secara pelan-pelan.
Waktu adalah modal utama manusia, Jika tidak diisi dengan berbagai aktivitas yang berguna maka waktu akan berlalu begitu saja. Ketika waku berlalu jangankan keuntungan diperoleh, modalpun hilang. Ali bin Abi Thalib ra. Pernah bersabda “Rizki yang tidak diperoleh hari ini masih memungkinkan diperoleh lebih banyak di hari esok. Sementara waktu yang berlalu pada hari ini, tidak mungkin kembali esok hari”.
Itu mengapa sering sekali menemukan hadits Nabi SAW yang mengatakan manusia agar memanfaatkan waktu dan mengaturnya sebaik mungkin, sabda Nabi Saw. “dua nikmat yang sering dan disia-siakan oleh banyak orang, kesehatan dan kesempatan”(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas)
Generasi islam terdahulu begitu menghargai waktu. Usia singkat yang Allah karuniakan kepada mereka benar-benar dimanfaatkan untuk beramal shaleh, hingga melahirkan karya yang monumental. Misalnya Sa’ad ibn Mua’adz, ia masuk islam pada usianya 30 tahun an meninggalnya pada usia 37 tahun, “Singgasana Tuhan berguncang karena kematian Sa’ad ibn Mua’adz”, begitulah komentar Rasulullah saw. Atas kematian Sa’ad. Meski hanya tujuh tahun bersama islam, ia telah memberikan kontribusi besar dalam jihad dan dakwah islam. Nah kita?
Kelemahan kita selaku umat islam saat ini adalah sering kali menunda-nunda. Kesalahan terbesar yang sering dialakukan terhadap hak waktu adalah menyia-nyiakannya. Kesalahan itu lebih besar daripada penyia-nyian harta benda. Keseharian bermalas-malasan, malam dipakai untuk bergadang tanpa kemanfaatan siang dipake tidur dan sibuk menggunjing orang lain. Kondisi ini menyebar kian luasnya dikalangan umat islam saat ini.
Al-Quran memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin, bahkan dituntutnya umat manusia untuk mengisi seluruh waktunya untuk beramal shaleh dengan mengerahkan segala daya yang dimilikinya.
Teladanilah pemuda muslim masa lalu seperti Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Usamah bin Zaid, Muhammad bin Al-Qasim bin Muhammad. Mereka adalah para pemimpin pasukan islam di medan jihad dan penakluk yang selalu menghiasi hidupnya dengan berbagai aktivitas, baik bernuansakan duniawi maupun religi , padahal usianya baru menginjak decade kedua (So sweet). Berusahalah untuk menjadi salah satu golongan yang mendapatkan naungan Allah pada hari dimana tiada naungan kecuali naunganNya, antara lain: pemuda yang tumbuh berkembang menjalankan Ibadah kepada Allah.
Apabila suatu ketikka kita pernah tergelincir kepada maksiat, sesungguhnya pintu taubat terbuka lebar. Cepat berdirilah di ampunan pintu Tuhanmu membawa segudang penyesalan.(Taubatan nasuha)
Pergunakan yang lima sebelum yang lima, yakni.
1. Masa muda sebelum masa tua;
2. Masa Sehat sebelum sakit;
3. Masa kaya sebelum miskin;
4. Masa luang sebelum sempit;
5. Masa hidupmu sebelum meninggal;
Semoga kita mampu menggunakan karunia Allah(usia) dengan dengan segala amal shaleh dan tidak menyia-menyiakan, aamiin.
Ada kutipan yang menarik (lagi):
Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali dia berseru “Putera-puteri Adam, aku waktu, aku ciptaan baru, yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat”.
Mia Ira Antika
Puncak ledeng; 24 januari 2014; 12:54
Sumber Lengkap: Buku "The Road to Happiness"
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar, terimakasih telah berkunjung :)